Friday, October 22, 2010

Lembur

Lembur bisa dibilang rezeki oleh sebagian orang. Bisa juga dianggap sebagai beban, bahkan lembur juga bisa dianggap sebagai kesempatan. Ya, sah-sah saja orang-orang punya pikiran dan motivasi untuk lembur. Yang jelas, saya sepertinya yakin lebih dari 50% tidak menyukai adanya lembur. Apalagi yang sudah memiliki keluarga. Saya salah satunya. eh bukan yang tidak suka lembur, tapi yang sudah berkeluarga.

Saat ini, di tempat kerja saya yang sekarang dan sepertinya selama 33 Tahun ke depan (insya Allah kalau diberi umur), istilah lembur memang ada dan sudah diatur oleh Kementerian Keuangan. Ada batas maksimalnya, juga seperti yang ada di Perusahaan Swasta.Namun, mungkin tidak sebanyak yang didapatkan di swasta.

Lembur di tempat saya pun seharusnya tidak pernah ada, terjadi, terlaksana, sesuai dengan jika kita menilik tentang pandangan masyarakat tentang profesi Pegawai Negersi Sipil. Pandangan kebanyakan orang, PNS itu kerjanya santai, pulang tepat waktu, sampai tidak tepat waktu. Amat sulit dilihat alias nihil ada PNS yang pulang malam menurut stereotype negatif yang selama ini ada.

Namun, tidak di tempat saya. Seperti postingan racauan saya sebelumnya, saya menjelaskan kalau di tempat saya beda dengan pandangan yang selama ini ada.

ahh....susah nulisnya, pokoknya beda deh.

Seperti saat ini, saya masih berada di Kantor (jam 23.30). Sudah tiga hari ini saya pulang malam. Dan sudah tiga kali weekend saya tidak menemani istri di rumah.

Sebenarnya sah-sah saja lembur yang saya alami ini. Namun dari sekian banyak lembur tersebut, saya merasakan kurang efektifnya kinerja saat saya lembur. Apalagi Lembur yang diakibatkan oleh hasil yang tidak baik dari bagian lain. Alias lembur "cuci piring".. itu bisa lebih nggak efektif lagi.

Yang saya mau bilang di sini ialah, saya tertarik dengan suatu artikel dari pejabat BI yang merasa lembur yang tidak efektif akan berbahaya bagi pola hidup kita. Di sana bahkan dia menulis:
Jangan mengidentikkan pekerja yang bagus itu dengan lembur, itu salah. Sebaliknya, juga jangan lagi ada opini atau cibiran, bahwa pegarai yang pulang "teng-go" itu tidak maksimal.
Jadi kita harus kerja cerdas dan sehat. Jangan mau uang-nya saja. Seperti yang Bos saya bilang, "Cintailah pekerjaanmu, nanti uang akan mengikutimu". -Bos saya yang killer itu- :D

Pulang yukkk!!!