WTO dan Perdagangan Bebas
Indonesia adalah negara yang kaya. Sebagai negara yang kaya, Indonesia telah lama dikenal memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah dan terbentang luas dari sabang sampai merauke. Tapi kenyataan ini disadari oleh sebagian orang baru-baru ini. Mereka baru mengetahui hal tersebut karena dalam kehidupan kesehariannya, mereka selalu dipusingkan oleh masalah negara yang meliputi masalah sosial, bencana alam, hingga masalah korupsi yang sampai saat ini belum terselesaikan. Mereka baru menyadarinya ketika datang musuh-musuh ekonomi yang dengan enaknya mengusung nama perdagangan dan mulai menjajah negara ini dengan metoda penjajahan baru yang dikenal dengan neo-kolonialisme.
Musuh itu bernama WTO, atau lebih dikenal dengan World Trade Organization. Bukan hanya Indonesia saja yang mereka incar, tetapi semua negara yang sedang berkembang di dunia menjadi santapan yang lezat bagi mereka. Yang lebih parah lagi, negara-negara miskin pun menjadi ladang uang bagi mereka untuk mereka keruk keuntungannya dan berikan penderitaan kepada negara-negara tersebut. Ironis memang di zaman seperti ini masih terdapat penindasan-penindasam terhadap kaum yang lemah dan terus terjadi tanpa ada yang bisa menghentikan kegiatan ini. Tentu tak ada yang bisa menghentikannya! Hal ini diakibatkan WTO disokong oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, serat Uni Eropa. Sehingga tak ada yang berani malawan negara-negara tersebut kecuali yang nekat.
WTO seharusnya menjadi media yang bisa memberikan solusi untuk perbaikan perdagangan di dunia. Tetapi pada kenyataanya, dengan mengusung perdagangan bebas, WTO terus saja membuat kebijakan-kebijakan yang hanya menguntungkan kaum yang berkuasa saja, sedangkan kaum yang lemah semakin tertindas dan tak berdaya. Kebijakan perdagangan bebas memberikan pembebasan pajak atas barang yang dijual sehingga harga barang bisa bervariasi bahkan lebih murah dari harga barang lokal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi sebagian besar pengusaha lokal. Pengusaha lokal akan hancur jika bersaing dengan pesaing dari luar negri yang memiliki kualitas lebih baik danharga yag ditawarkan lebih murah dari produk lokal.
Perdagangan bebas memang sebuah solusi bagi tercapainya kemerataan ekonomi. Tetapi saat ini, belum tepat waktunya jika keputusan ini dilaksanakan. Karena pada saat ini, masih banyak pengusaha-pengusaha lokal yang belum bisa bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari negara maju. Perkembangan ekonomi negara ditentukan oleh pertumbuhan usaha lokalnya. Oleh karena itu, jika para pengusaha lokal hancur oleh peraturan ini maka dengan jelas nasib perekonomian suatu negara akan hancur jatuh di bawah kekuasaan para negara adidaya.
Permasalahan inilah yang kini sedang mengancam perekonomian di Indonesia dan negara seperti India, Zambia, Brasil, Filiphina dan negara berkembang lainnya. Negara-negara ini sedang berjuang keras untuk menyelamatkan perekonomiannya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang bisa menangkis serangan WTO. Negara-negara ini tidak bisa menentang peraturan yang telah dikeluarkan oleh WTO dikarenakan sanksi yang memberatkan. Embargo ekonomi menjadi salah satu sanksi yang sangat menakutkan bagi negara-negara ini. Bagaikan buah simalakama memang, di satu sisi takut akan sanksi dari WTO dan di sisi lainnya takut akan hancurnya perekonomian lokal yang bisa mengakibatkan instabilitas perekonomian negara.
Tentunya permasalahan ini punya solusi. Di tiap negara, pasti solusi yang digunakan berbeda-beda. Tapi solusi-solusi itu masih dalam tahap pembebasan kuantitatif terhadap barang atau jasa dari luar negri. Diharapkan dari solusi ini bisa membatasi barang yang masuk sehingga pengusaha lokal masih bisa terus eksis. Selain solusi tersebut, perlu juga adanya peningkatan kualitas pengusaha lokal sehingga dia bisa bersaing dengan pengusaha dari luar negri. Karena mau tidak mau, perdagangan bebas pasti dijalankan demi pemerataan perekonomian dunia.
Mahasiswa sebagai pengontrol kehidupan sosial negara, dibutuhkan perannya dalam memecahkan permasalahan ini. Mahasiswa perlu bergerak untuk meneyebarkan isu-isu ini demi pencerdasan rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan karena masih banyak rakyat Indonesia yang belum tahu tentang fungsi WTO serta kebijakan-kebijakannya. Rakyat perlu dididik pula untuk bersiap-siap meningkatkan kualitas demi baersaing dalam kancah perdaganagan dunia. Di dunia ini yang lemah pasti akan kalah. Oleh karena itu peningkatan kualitas sangat penting digalakkan karena mau tidak mau perdagangan bebas akan segera diberlakukan.
Mahasiswa diperlukan juga dalam pengawas kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kepentingan rakyat Indonesia. Karena pada saat ini sering sekali kebijakan pemerintah diberlakukan karena dorongan atau permintaan dari negara-negara adidaya penguasa WTO demi kepentingan mereka sendiri. Semua negara pasti takut untuk menolak permintaan ini, oleh karena itu peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan ekonominya.
Semua pihak sangat dibutuhkan perannya dalam memecahkan permasalahan ini. Perdagangan bebas bukan sesuatu hal yang patut ditakuti tetapi harus menjadi tantangan demi kehidupan kita yang semakin baik. Peningkatan kualitas menjadi solusinya. Karena dengan hal tersebut, pengusaha lokal dapat bersaing dengan pengusaha luar negri dan tidak mengalami kematian yang akan mengakibatkan lumpuhnya perekonomian negara. Peran mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah perlu ditingkatkan agar kebijakan tersebut tidak merugikan bangsa sendiri.
NB : Tugas ini dikerjakan hanya dalam waktu dua jam dan penuh tekanan, jadi kalau ada kata yang tidak relevan dan significant harap bisa dimaklumi.
Musuh itu bernama WTO, atau lebih dikenal dengan World Trade Organization. Bukan hanya Indonesia saja yang mereka incar, tetapi semua negara yang sedang berkembang di dunia menjadi santapan yang lezat bagi mereka. Yang lebih parah lagi, negara-negara miskin pun menjadi ladang uang bagi mereka untuk mereka keruk keuntungannya dan berikan penderitaan kepada negara-negara tersebut. Ironis memang di zaman seperti ini masih terdapat penindasan-penindasam terhadap kaum yang lemah dan terus terjadi tanpa ada yang bisa menghentikan kegiatan ini. Tentu tak ada yang bisa menghentikannya! Hal ini diakibatkan WTO disokong oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, serat Uni Eropa. Sehingga tak ada yang berani malawan negara-negara tersebut kecuali yang nekat.
WTO seharusnya menjadi media yang bisa memberikan solusi untuk perbaikan perdagangan di dunia. Tetapi pada kenyataanya, dengan mengusung perdagangan bebas, WTO terus saja membuat kebijakan-kebijakan yang hanya menguntungkan kaum yang berkuasa saja, sedangkan kaum yang lemah semakin tertindas dan tak berdaya. Kebijakan perdagangan bebas memberikan pembebasan pajak atas barang yang dijual sehingga harga barang bisa bervariasi bahkan lebih murah dari harga barang lokal. Hal inilah yang menjadi masalah bagi sebagian besar pengusaha lokal. Pengusaha lokal akan hancur jika bersaing dengan pesaing dari luar negri yang memiliki kualitas lebih baik danharga yag ditawarkan lebih murah dari produk lokal.
Perdagangan bebas memang sebuah solusi bagi tercapainya kemerataan ekonomi. Tetapi saat ini, belum tepat waktunya jika keputusan ini dilaksanakan. Karena pada saat ini, masih banyak pengusaha-pengusaha lokal yang belum bisa bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari negara maju. Perkembangan ekonomi negara ditentukan oleh pertumbuhan usaha lokalnya. Oleh karena itu, jika para pengusaha lokal hancur oleh peraturan ini maka dengan jelas nasib perekonomian suatu negara akan hancur jatuh di bawah kekuasaan para negara adidaya.
Permasalahan inilah yang kini sedang mengancam perekonomian di Indonesia dan negara seperti India, Zambia, Brasil, Filiphina dan negara berkembang lainnya. Negara-negara ini sedang berjuang keras untuk menyelamatkan perekonomiannya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang bisa menangkis serangan WTO. Negara-negara ini tidak bisa menentang peraturan yang telah dikeluarkan oleh WTO dikarenakan sanksi yang memberatkan. Embargo ekonomi menjadi salah satu sanksi yang sangat menakutkan bagi negara-negara ini. Bagaikan buah simalakama memang, di satu sisi takut akan sanksi dari WTO dan di sisi lainnya takut akan hancurnya perekonomian lokal yang bisa mengakibatkan instabilitas perekonomian negara.
Tentunya permasalahan ini punya solusi. Di tiap negara, pasti solusi yang digunakan berbeda-beda. Tapi solusi-solusi itu masih dalam tahap pembebasan kuantitatif terhadap barang atau jasa dari luar negri. Diharapkan dari solusi ini bisa membatasi barang yang masuk sehingga pengusaha lokal masih bisa terus eksis. Selain solusi tersebut, perlu juga adanya peningkatan kualitas pengusaha lokal sehingga dia bisa bersaing dengan pengusaha dari luar negri. Karena mau tidak mau, perdagangan bebas pasti dijalankan demi pemerataan perekonomian dunia.
Mahasiswa sebagai pengontrol kehidupan sosial negara, dibutuhkan perannya dalam memecahkan permasalahan ini. Mahasiswa perlu bergerak untuk meneyebarkan isu-isu ini demi pencerdasan rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan karena masih banyak rakyat Indonesia yang belum tahu tentang fungsi WTO serta kebijakan-kebijakannya. Rakyat perlu dididik pula untuk bersiap-siap meningkatkan kualitas demi baersaing dalam kancah perdaganagan dunia. Di dunia ini yang lemah pasti akan kalah. Oleh karena itu peningkatan kualitas sangat penting digalakkan karena mau tidak mau perdagangan bebas akan segera diberlakukan.
Mahasiswa diperlukan juga dalam pengawas kebijakan-kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kepentingan rakyat Indonesia. Karena pada saat ini sering sekali kebijakan pemerintah diberlakukan karena dorongan atau permintaan dari negara-negara adidaya penguasa WTO demi kepentingan mereka sendiri. Semua negara pasti takut untuk menolak permintaan ini, oleh karena itu peran mahasiswa sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan ekonominya.
Semua pihak sangat dibutuhkan perannya dalam memecahkan permasalahan ini. Perdagangan bebas bukan sesuatu hal yang patut ditakuti tetapi harus menjadi tantangan demi kehidupan kita yang semakin baik. Peningkatan kualitas menjadi solusinya. Karena dengan hal tersebut, pengusaha lokal dapat bersaing dengan pengusaha luar negri dan tidak mengalami kematian yang akan mengakibatkan lumpuhnya perekonomian negara. Peran mahasiswa sebagai pengontrol kebijakan pemerintah perlu ditingkatkan agar kebijakan tersebut tidak merugikan bangsa sendiri.
NB : Tugas ini dikerjakan hanya dalam waktu dua jam dan penuh tekanan, jadi kalau ada kata yang tidak relevan dan significant harap bisa dimaklumi.
1 comment:
Alhamdulillah....
Akhirnya lulus juga...
tinggal briefing terakhir.
~padahal tulisannya jelek
~mungkin embel2 Kadep Orkresnya kali ya?
Post a Comment