Thursday, December 06, 2007

Cerita Sang Korlap

Malam itu waktu tepat menunjukkan pukul delapan. Waktu dimana ditetapkan menjadi saat pertemuan seluruh kasraters UI. Sebuah momen dimana menjadi saat yang mengherankan sekaligus membanggakan. Ya! Kastareter UI kumpul di Fasilkom. Sebuah fakultas yang paling sedikit menyumbangkan massa saat aksi. Sebuah Fakultas yang tak jarang absen saat aksi sedang berlangsung. Mengherankan dan juga membanggakan. Yah, mungkin kepercayaan ini bisa disambut dengan hal yang positif, bisa menumbuhkan semangat sosial-politik lagi di kalangan mahasiswa. begitulah kira-kira yang ada di pikiran kami saat itu.

Aksi kali ini memang sangat mendadak. tidak adanya pencerdasan ke masyarakat luas, membuat kami hanya melakukan pencerdasan Kasraters, karena memang tim inilah yang merupakan tenaga taktis di saat-saat seperti ini. Dan itupun dirasa belum optimal. Persiapan selama kurang lebih tiga hari pula yang menjadikan kondisi aksi tidak begitu baik. Tapi di balik semua itu, semangat kami masih utuh, masih bisa dibilang baik saat itu, sehingga kondisi ini kami acuhkan saja. Yang terpenting ialah kita tetap maju demi negara. Toh isu yang kami usung benar-benar kami harapkan, benar-benar kami dukung. Yah akhirnya hanya lnilah jalan yang bisa menyalurkan kesetujuan kami saat itu.

Rencana tinggalah rencana. Apa yang kami harapkan tinggalah terbang ke langit lalu menghilang. Pada awalnya kami sudah menginstruksikan kepada ketua BEM/SM fakultas untuk mengirimkan wakilnya ke fasilkom,tapi setelah ditunggu samapai dengan jam 9, tidak ada satupun batang hidung yang muncul. Bau sih sudah ada,tapi bau saja menurut saya belum cukup. Ya sudah terpaksa saya putar rencana ke arah lainnya. Mengefekifkan acara besok dengan mengikuti CEM malam itu. Syukurlah di sana banyak orang. Kalau tidak, kurebus tangan ini hingga tidak bisa bertemu dengan kawannya lagi. Semangat pun muncul kembali.

Tanggal 4 Desember 2007 direncanakan menjadi aksi kami. Dimana terdapat dua gelombang aksi, delegasi pagi dan aksi siang. Dan saya lah yang bertanggung jawab saat sesi pagi. jam 6 pagi pun menjadi waktu keberangkatan kami. Tapi kata apa yang pantas untuk dikatakan, kita tidak mendapat izin dari Allah SWT saat itu. Hal ini dikarenakan hujan yang terus mengguyur bumi sejak sore kemarin. Hujan ini pula yang menyebabkan Fasilkom banjir dan sampai saat ini dalam keadaan darurat. Soalnya pusat pemerintahan Fasilkom berpindah karena hal ini :) .
jam 7 akhirnya kami sudah sampai di halte psikologi. Kami berempat berasal dari fasilkom dengan penuh semangat hadir di tempat tanpa kehadiran teman-teman yang lain. Ternyata kita lebih semangat, pikir kami.

secara lengkap sampai keberangkatan kami jam 10 pagi. ya ngaret 3 jam! kami tetap setia menunggu teman-teman yang lain. tetap setia menunggu di halte itu. puluhan kali bikun sudah kami lihat. TEtapi belum ada orang juga. Orang-orang yang datang pun sering kali pergi-pergi kembali sehingga kami tergolek lemas di pojok halte itu. Ini mah tadi gw mestinya kuliah dulu, cetus teman saya. Ya, saya juga setuju. Kalau pergerakan mahasiswa nggak pernah maju, kapan Indonesianya maju? (jangan ngomong doang loe mel!).

Akhirnya saya dan teman-teman pun maju ke medan perang. Bermodalkan kuda besi kita siap untuk melesat cepat ke tempat itu. Dan inilah saat-saat kedodolan sang koordinator. saya lupa. saya lupa menginstruksikan kepada teman-teman yang lain untuk tidakbergerombol saat masuk ke gedung dpr/mpr. Kami masuk lewat belakang karene pintu depan telah ditutup oleh semangat kepal dan suara teman-teman kami lainnya. Tanpa kami lihat apa aksi mereka itu ditunggani atau tidak, kami tetap menghormati perjuangan mereka. Tapi saya tetap tidak respect terhadap apa yang namanya provokator negatif. Di pintu gerbang, akhirnya kami ketahuan oleh petugas penjaga. Alhasil mereka menahan kami. Sebagai delegator,saya dan satu teman saya masuk ke dalam gedung DPR/MPR untuk bernegoisasi dengan humas DPR/MPR untuk menawar jumlah orang yang masuk. KArena saat itu yang boleh masuk hanyalah kami berdua.

lama bernegoisasi, kami tidak mendapatkan apa yang kami inginkan. Akhirnya hal ini kami konsultaskan ke ketua BEM UI. dia kecewa, saya juga kecewa, karena tidak bisa membawa masuk semangat teman-teman saya yang sedari malam tadi telah berkobar. dan akhirnya kami berdua masuk ke dalam ruang rapat di Nusantara II. hanya berdua mengenakan jaket kuning sangat beresiko. Tatapan tajam dari semua pihak pun meluncur deras.

Waktu pun berjalan. Teman saya ingin bergantian dengan Bang Dika selaku ketua BEM UI saat itu. Tapi, ternyata setelah dia keluar, agenda BLBI yang kami soroti dimulai juga. Dan 15 menit kemudian keluarlah keputusan tentang kasus itu.DPR menggunakan hak interpelasinya terhadap kasus BLBI. Dan saya sendiri saat itu. sepi. senang sendiri. dan takut sendiri pula. berpasang mata menuju lurus ke jaket ini. Untung saja ada teman dari unsur wartawan, jadi ada teman untuk ngobrol.

Begitu susahnya pegerakan mahasiswa
lebih susah lagi jika kami tidak bergerak

tapi
tangan dan kaki ini akan senantiasa bergerak
berdenyut konstan tanpa batas

demi kemajuan Indonesia.

titik

bantu kami ya Robbi..



~ setelah aksi ini,motor pun berlari kencang ke kampus
~teringat ada teman-teman dari STIKOM Surabaya ingin berkunjung ke Fasilkom
~akhirnya datang juga saya saat presentasi. dengan keadaan tidak siap apalagi belum sempat mandi pagi
~untung mereka tidak sadar ^_^

2 comments:

Anonymous said...

Semangat Mel !!!

walaupun berat...
walaupun sulit...

kebenaran harus tetap ditegakkan.

tapi tetep harus mandi sih...^_^

Anonymous said...

Semangat ya Bapak Ketua BEM Fasilkom! Ayo smile, biar gak berjuang sendiri, cerdaskan anak2 fasilkom biar gak gagap sospol..